BUKA MATA, BUKA HATI, BUKA PIKIRAN DENGAN OPEN SOURCE

MORPHEUS
We are trained in this world to accept only what is rational and logical.
Have you ever wondered why? As children, we do not
separate the possible from the impossible which is why
the younger a mind is the easier it is to free,
while a mind like yours can be very difficult.

NEO
Free from what?

MORPHEUS
From the Microsoft.

(Sepotong dialog dalam trilogi film The Matrix)

APA ITU OPEN SOURCE?

Sebelum berkenalan dengan open source, ada baiknya kita kenali dahulu berbagai jenis software menurut biaya lisensi dan ketersediaan source-codenya. Menurut Robert Charpentier dan Richard Carbone (2004), berbagai jenis lisensi software dapat disusun dalam taksonomi berikut:

Taksonomi Software

Pada gambar di atas, ada dua lisensi utama, yaitu free (gratis) dan propietary yang meminta kompensasi biaya atas pembelian atau penggunaan perangkat lunak. Pengembang pada kedua jenis lisensi utama tersebut dapat menerapkan skema open source (menyediakan source code) maupun closed source (tidak menyediakan source code). Sehingga dapat ditemui adanya perangkat lunak gratis yang tidak open source, maupun perangkat lunak berbayar yang open source. Pada skema open source, ada yang dikembangkan oleh perusahaan (corporate) dan komunitas (collaborative). Software open source kolaboratif ada yang sudah matang (mature) dan sedang dalam pengembangan (in development).
Secara sederhana, ada dua kategori lisensi software yang banyak dipakai, yaitu:
1) FOSS (Free / Open Source Software) adalah dua istilah yang maksudnya hampir sama, yakni program yang tidak perlu biaya izin (free = bebas) digunakan dan kode sumbernya tidak dirahasiakan (open = tersedia), sehingga cara kerjanya dapat dipelajari, lalu dikembangkan, dan disebarluaskan. Contoh: Linux, OpenOffice, GIMP, Inkscape.
2) PCSS (Proprietary / Closed Source Software) adalah program yang hanya dimiliki pembuatnya (terikat). Pengguna hanya dapat menggunakan jika membeli lisensi (mendapatkan izin). Pihak lain tidak dapat mempelajari cara kerjanya (tertutup), tidak pula mengembangkan dan menyebarluaskan. Contoh: Windows, MS Office, Photoshop, CorelDraw.
Open Source tidak hanya bermakna kebebasan akses ke source code saja. Open source juga merupakan:
1) Sebuah komunitas kuat yang terdiri dari individu-individu yang lebih mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan umum dibandingkan dirinya sendiri;
2) Seperangkat aturan lisensi software; open source bukan berarti tanpa lisensi, sebab ini berkaitan dengan hukum. Agar open source dapat menjadi legal di mata hukum, diperlukan aturan lisensi open source tersendiri;
3) Sebuah model pengembangan software secara kolaboratif; setiap orang dapat ikut berpartisipasi dalam mengembangkannya;
4) Sebagai katalis yang membangkitkan bisnis dan model bisnis yang belum pernah ada sebelumnya; tidak ada bisnis dalam sistem open source itu sendiri, karena ia hanyalah alat; namun open source dapat digunakan untuk menjalankan bisnis dengan lebih efisien atau mengembangkan model bisnis baru di sekitar pemanfaatan open source;
5) Kekuatan yang mendorong percepatan software menjadi komoditi.

Sebagai seperangkat lisensi software, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu software dapat disebut sebagai open source. Berikut ini definisi open source menurut lembaga nirlaba Open Source Initiative (OSI):
1. DISTRIBUSI ULANG SECARA BEBAS
Lisensi yang digunakan tidak boleh membatasi siapa pun untuk menjual atau mendistribusikan ulang. Baik distribusi ulang secara terpisah maupun digabungkan dengan program lain. Lisensi tidak boleh mesyaratka royalti atau semacamnya bila program tersebut akan dijual.
Alasan Logis: Dengan mensyaratkan distribusi ulang secara bebas, hilangnya manfaat jangka panjang demi hasil penjualan jangka pendek dapat dieliminasi.

2. KODE PROGRAM (SOURCE CODE)
Distribusi program harus menyertakan source code, dan harus mengizinkan distribusi source code sebagaimana halnya bentuk yang sudah dikompilasi (bentuk binari/executable). Jika program tidak didistribusikan bersama source code, harus ada publikasi atau penjelasan yang memadai bagaimana caranya mendapatkan sorce code-nya. Biaya yang diperlukan untuk mendapatkan source code tidak boleh lebih dari biaya reproduksinya atau tersedia untuk di-download melalui internet. Source code harus menjadi bentuk yang lebih disukai jika programmer ingin memodifikasi programnya. Source code tidak boleh diubah atau dibuat menjadi tidak jelas dengan sengaja. Bentuk intermediate juga tidak diijinkan, misalnya keluaran dari preposesor atau translator .
Alasan Logis: Akses ke source code yang jelas diperlukan untuk mengembangkan dan memodifikasi program. Agar hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah, maka akses ke source code juga harus dimudahkan.

3. HASIL MODIFIKASI ATAU TURUNAN
Lisensi harus mengijinkan modifikasi atau pembuatan turunan dari program tersebut, dan harus mengizinkan program yang diturukan untuk dilisensikan dengan lisensi yang sama dengan program aslinya.
Alasan Logis: Ketersediaan akses untuk membaca source code saja tidak cukup untuk mendukung peer review secara independen dan pengembangan evolusioner yang cepat. Agar hal tersebut dapat terjadi, diperlukan eksperimen pada source code dan distribusi ulang hasil modifikasinya.

4. INTEGRITAS PROGRAMMER ASLI
Lisensi dapat melarang source code untuk didistribusikan dalam bentuk yang sudah dimodifikasi bila mengijinkan distribusi patch beserta source code-nya untuk memodifikasi program pada saat build time . Lisensi harus secara eksplisit mengijinkan distribusi program yang dibangun dari source code yang telah dimodifikasi. Lisensi dapat mensyaratkan program turunan agar menggunakan nama atau versi yang berbeda dengan program yang asli.
Alasan Logis: mendorong terjadinya banyak pengembangan dan perbaikan adalah hal yang sangat baik, namun para pengguna berhak untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap aplikasi yang mereka gunakan. Sebaliknya, sang pembuat program dan pemeliharanya (maintainer) juga berhak untuk mengetahui apa harus mereka dukung dan untuk menjaga reputasi mereka.
Dengan demikian, sebuah lisensi open source harus menjamin agar source code tersedia, namun dapat mensyaratkan agar source code didistribusikan dalam bentuk pristine (masih asli dari sang pembuat, belum ada modifikasi dari pihak lain) ditambah dengan patch. Dengan cara ini, perubahan yang tidak resmi dapat dibuat dan disediakan, namun dapat dibedakan dari source aslinya.

5. TIDAK ADA DISKRIMINASI PADA ORANG ATAU KELOMPOK ORANG
Lisensi tidak boleh membatasai orangatau kelompok orang untuk menggunakan atau terlibat dalam proses pengembangan program open source.
Alasan Logis: Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari proses pengembangan aplikasi open source, maka tingkat perbedaan orang atau kelompok orang yang terlibat dalam prosesnya juga harus maksimal. Setiap orang harus memiliki hak yang sama untuk berkontribusi pada proyek open source apa pun. Dengan kata lain, tidak boleh ada larangan bagi siapapun untuk terlibat dalam proses pengembangan open source.

6. TIDAK ADA DISKRIMINASI DALAM BIDANG PENGGUNAANNYA
Lisensi tidak boleh membatasi seseorang untuk menggunakan program yang dimaksud dalam bidang tertentu. Misalnya, lisensi tidak boleh membatasi penggunaan program dalam bidang penelitian, pendidikan, atau digunakan untuk menjalankan bisnis.
Alasan Logis: Hal ini dimaksudkan agar penggunaan open source meluas dan tidak terjebak pada batasan untuk digunakan sebagai alat bantu dalam dunia bisnis komersial. Pengguna komersial justru diharapkan bergabung dengan komunitas open source dan tidak merasa dikecualikan dalam menggunakan program open source.

7. DISTRIBUSI LISENSI
Hak-hak yang melekat pada program harus dapat diterapkan pada seluruh pengguna; tanpa memerlukan tambahan lisensi.
Alasan Logis: klausa ini dimaksudkan untuk menghindari penutupan software secara tidak langsung.

8. LISENSI TIDAK BOLEH SPESIFIK PADA PRODUK TERTENTU
Hak-hak yang melekat pada program tidak boleh mensyaratkan program tersebut menjadi bagian dari distribusi software tertentu. Jika program tertentu digunakan atau didistribusikan secara terpisah dari distribusi software-nya, namun tetap mengikuti lisensi berlaku pada program tersebut, maka seluruh pihak yang menerima atau menggunakan program tersebut harus menerima hak yang sama dengan mereka yang mendapatkannya bersama distribusi software aslinya.
Alasan Logis: klausa ini mencegah jenis jebakan lisensi yang lain.

9. LISENSI TIDAK BOLEH MEMBATASI SOFTWARE LAIN
Lisensi tidak boleh membatasi software lain yang didistribusikan bersama program yang dilisensikan. Misalnya, lisensi tidak boleh memaksa bahwa program lain yang didistribusikan dalam media yang sama harus merupakan software yang open source.
Alasan Logis: Distributor software open-source memiliki hak untuk menentukan pilihan mengenai software mereka. Lisensi GPL (GNU General Public License) juga mengadaptasi hal ini. Software yang menggunakan pustaka berlisensi GPL hanya diharuskan berlisensi GPL bila membentuk satu software yang sama, bukan pada software apa saja yang didistribusikan bersamanya.

10. LISENSI HARUS NETRAL TERHADAP TEKNOLOGI
Penyediaan lisensi tidak boleh mengharuskan penggunaan teknologi atau tampilan grafis tertentu.
Alasan Logis: Penyediaan lisensi ini ditujukan secara spesifik pada lisensi yang mengharuskan adanya tindakan yang secara ekplisit menunjukkan ekspresi persetujuan dan mengadakan kontrak antara pengguna software yang dilisensikan dengan pembuat lisensinya. Penyediaan lisensi yang mengharuskan “click-wrap” dapat menimbulkan konflik dengan beberapa metode penting dalam distribusi software seperti misalnya: download melalui FTP (File Transfer Protocol), CD-ROM berisi kumpulan aplikasi, atau mirror web ; beberapa di antaranya dapat menghalangi atau mencegah penggunaan kembali kode program. Maka adaptasi penyediaan lisensi harus memungkinkan (a) distribusi software bisa dilakukan di jalur non-web yang tidak mendukung click-wrap pada proses download dan (b) kode program yang tercakup dalam lisensi (atau penggunaan kembali sebagian dari kode program yang tercakup) harus dapat dijalankan dalam lingkungan tanpa tampilan grafis yang tidak dapat mendukung dialog pop-up.

KEUNGGULAN GNU\LINUX DAN OPEN SOURCE
KEUNGGULAN UMUM
1. Biaya Investasi
Biaya lisensi untuk perangkat lunak, nol atau sangat rendah (karena masih ada biaya distribusi perangkat lunak).
Perangkat keras: berbeda dengan penggunaan proprietary software, yang mensyaratkan spesifikasi perangkat keras tertentu, OSS tidak terlalu bergantung pada jenis perangkat keras tertentu. Pasalnya OSS dapat beroperasi pada PC standar dan berbagai platform perangkat keras.
Pengeluaran biaya tertuju pada perawatan (maintenance) sistem OSS.
2. Kualitas dan Kinerja
Kualitas program dibuat dengan memperhatikan reliabilitas dan kinerja yang terkait dengan keseluruhan sistem yang digunakan. Dengan hasil peer review yang diperoleh dari para programmer, kualitas dan kinerja OSS dapat selalu ditingkatkan.
Fleksibilitas Sistem: Perubahan requirement (baik perangkat lunak atau perangkat keras) pada OSS tidak akan terlalu berpengaruh terhadap sistem yang digunakan. Hal ini sangat berbeda dengan proprietary software, ketika requirement penyusun sistem berubah maka perangkat lunak yang digunakan harus diganti atau diperbaharui (update). Perangkat lunak yang berbasis open source lebih fleksibel digunakan tanpa terpengaruh oleh perangkat keras atau perangkat lunak lain pada sistem.
3. Keamanan
Dengan menggunakan OSS, faktor keamanan (security) selalu dapat ditingkatkan. Pasalnya, akses pada source code yang terbuka akan memudahkan pendeteksian kerusakan sistem, sehingga bisa langsung diperbaiki.
4. Lokalisasi
Pengembang dapat memodifikasi program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar, contohnya translasi Linux ke dalam suatu bahasa tertentu.
Meningkatkan kapasitas pengembang perangkat lunak lokal.
5. Independensi (kebebasan)
Berkurangnya ketergantungan terhadap suatu vendor perangkat lunak.
TOTAL COST OF OWNERSHIP
Total Cost of Ownership adalah ukuran yang menunjukkan harga kepemilikan perangkat keras maupun perangkat lunak. TCO tidak hanya memperhitungkan biaya pembelian awal, namun juga menghitung biaya perawatan, pelatihan, dan pengembangan lebih lanjut.
1. Sistem free software lebih murah pada pembelian awal. Meskipun free merujuk pada freedom (kebebasan) bukan harga. Setelah membeli suatu sistem propietary, sebenarnya anda hanya diberi hak pakai. Sedangkan pada lisensi open source, anda benar-benar memilikinya setelah menyetujui lisensinya.
2. Biaya perawatan atau upgrade pada jangka panjang juga jauh lebih murah pada sistem GNU/Linux. Misalnya, upgrade produk Microsoft biasanya mencapai setengah dari harga pembelian. Selain itu, pengguna dihadapkan hanya pada satu pilihan harga. Sehingga pada jangka panjang, harga tergantung pada kebijakan Microsoft. Sebaliknya, sistem GNU/Linux dapat didownload secara gratis atau dibeli lagi (secara umum, kurang dari $100). Harga ini memang belum termasuk technical support, namun harga technical support dapat bersaing karena ada berbagai vendor (situasi yang tidak mungkin terjadi pada produk Microsoft).
3. Sistem GNU/Linux umumnya dapat menggunakan perangkat keras secara lebih efisien, dan dapat menggunakan perangkat keras lama. Sehingga menuntut biaya perangkat keras yang lebih rendah, dan pada beberapa kasus dapat mengeliminasi kebutuhan perangkat keras baru. Selain itu, free software juga berjalan lebih cepat pada perangkat keras baru.
4. Sistem free software cenderung membutuhkan perawatan administrasi yang lebih rendah. Survei pada pemerintahan Eropa menunjukkan bahwa administrator sistem free software dapat mengelola 35% komputer lebih banyak untuk setiap administrator dibandingkan dengan sistem propietary.
5. Netproject melaporkan bahwa TCO dengan Linux pada desktop adalah 35% dari TCO Microsoft Windows (penghematan 65%). Netproject’s Cost of Ownership report menemukan penghematan yang signifikan dan melaporkan penyebabnya sebagai berikut:
a) Eliminasi harga lisensi baik untuk perangkat lunak sistem maupun perangkat lunak perkantoran (office).
b) Eliminasi vendor yang memaksa update perangkat lunak yang tidak perlu.
c) Pengurangan dalam jumlah security updates untuk perangkat lunak.
d) Tidak memerlukan pembelian perangkat lunak antivirus.
e) Pengurangan jumlah staff yang diperlukan untuk support.

PENGHEMATAN BIAYA
Dilihat dari sudut pandang biaya, sumber penghematan yang bisa diperoleh yaitu:
1. Hemat biaya lisensi pengadaan perangkat lunak, lisensi up-grade, dll.
2. Hemat biaya dukungan teknis.
3. Hemat biaya pembelian perangkat keras dan up-grade parangkat keras (sebab, Linux sangat fleksibel terhadap hardware).
4. Sedikit kehilangan laba ketika sistem down. Mengapa? Karena sistem Linux jarang (bahkan hampir tidak pernah) down. Desain yang modular juga memungkinkan recovery yang cepat karena kerusakan pada satu modul tidak akan menyebar ke seluruh sistem.
5. Hemat biaya yang harus dikeluarkan ketika data hilang karena kesalahan program di sistem operasi atau perangkat keras yang dipersyaratkan oleh sistem operasi.
6. Hemat biaya yang harus keluar karena gangguan virus.

KEUNTUNGAN JANGKA PANJANG

Keuntungan jangka panjang yang lebih besar justru berasal dari konsep dan prinsip open source itu sendiri, yaitu:
1. Dapat menjaga investasinya dalam bidang software, tidak tergantung pada sebuah vendor.
2. Lebih memahami kerja dari suatu software, sehingga tidak terlalu tergantung pada dokumentasi yang tersedia.
3. Dapat melihat dan mencari kelemahan software, bahkan dapat memperbaikinya bila mau. Update biasanya jauh lebih cepat tersedia daripada closed software.
4. Dapat memindahkan software tersebut ke sistem operasi yang lain atau yang baru atau hardware yang berbeda.
5. Dapat menggunakan source code untuk membuat aplikasi yang disesuaikan kebutuhannya.
6. Sehingga staf divisi TI (teknologi informasi) memiliki waktu luang lebih yang biasa dipakai untuk perbaikan. Mereka pun dapat memanfaatkan waktu luang tersebut untuk mengembangkan aplikasi bisnis berbasis TI yang lebih baik untuk kantor atau perusahaannya.
LALU, MENGAPA OPEN SOURCE MASIH MENJADI SIDE-STREAM?

My fight is not to be a white man in a black skin, but to inject some black blood, some black intelligence into the pallid mainstream of American life, culturally, socially, psychologically, philosophically.
John Oliver Killens, U.S. novelist, film scriptwriter, and educator.

Saat ini, open source sudah mulai mendominasi penggunaan perangkat lunak di kalangan perusahaan. Forrester Research yang belum lama mengumumkan hasil dari jajak pendapat terhadap eksekutif perusahan tentang Open Source di negara-negara USA, Inggris, Perancis, Jerman dan Kanada. Dari hasil pemantauan tersebut dikatakan bahwa Open Source Software Goes Mainstream diadopsi paling tidak di perusahan di Jerman (58 persen) dan Perancis (49 persen) sementara Inggris menduduki tempat ketiga dengan 40 persen.
Alasan menggunakan software bebas di perusahan adalah terutama demi penghematan biaya yang ditemukan paling tidak sekitar 56 persen dari 2200 perusahan yang dijajaki. Menurut Forrester, badai krisis yang melanda dunia saat ini juga telah memberikan kontribusi terhadap langkah perusahan menuju solusi Open Source. Diindikasikan bahwa penyebaran OSS di perusahan saat ini lebih cepat dari pada teknologi lainnya seperti ERP atau Enterprise-Services.
Sebagaimana dijelaskan Jeffrey S. Hammond, Analyst di Forrester, OSS kini tidak lagi dapat diabaikan. Berkat Open Source telah terjadi pergesaran expektasi pelanggan terhadap harga dan tendensi pembelian. Yang tadinya membeli paket solusi lengkap dari satu vendor, kini ngetrend untuk membeli sistem per komponen.
Meski demikian, Linux dan perangkat lunak open source masih belum menjadi main-stream di kalangan pengguna desktop rumahan. Menjadi side-stream bukanlah hal yang buruk. Sesuatu hal menjadi side-stream bukan karena hal itu tidak mampu untuk menjadi main-stream, tapi karena kekuatannya yang besar belum dikelola dengan baik. Pengelolaan kekuatan yang besar kadang hubungannya lebih dekat dengan pengelolaan penjualan (atau bagaimana cara menjual).
Contoh yang bisa disamakan adalah film Hollywood yang menjadi main-stream perfilman dunia. Apakah karena film-film Hollywood mempunyai cerita yang bagus? Tidak juga. Banyak film independen yang punya cerita lebih bagus. Hollywood berjaya karena kekuatan finansialnya dalam membuat jaring-edar film-film mereka. Karena mereka punya dana besar untuk beriklan. Karena mereka sudah terlalu lama menjadi main-stream, penonton kebanyakan sudah lupa kalau ada film lain yang bagus dan bisa ditonton selain film Holywood. Dan mungkin itu Bollywood atau Tangkiwood .
Kebanyakan programmer Linux terlalu asyik dengan pengembangan Linux itu sendiri sebagai program dibandingkan dengan bagaimana melakukan penetrasi lebih intensif ke pengguna. Kebanyakan orang masih melihat Linux sebagai sebuah kelompok komunitas, kantong-kantong programmer handal yang anti-Microsoft, dan bahkan sebagai orang iseng yang hanya hobi membuat program.
Belum tumbuh secara maksimal dalam diri para pengguna Linux untuk meleburkan diri mereka sebagai sesama pengguna komputer apalagi kesadaran untuk menggunakan kekuatan media sebagai sarana promosi. Semua memang sudah mulai dilakukan. Tapi sekali lagi, masih kurang maksimal.
Apa artinya sebuah produk bagus tanpa promosi yang bisa menginformasikannya kepada masyarakat? Linux harus belajar banyak pada Microsoft bagaimana caranya mempromosikan produk dengan baik. Microsoft sangat berhasil dalam hal ini sehingga promosi itu mampu menghilangkan ingatan pengguna komputer bahwa ada sistem operasi lain yang bisa digunakan selain Microsoft.

(SEHARUSNYA) MERUPAKAN SEBUAH KONSPIRASI: OPEN SOURCE, NEGARA BERKEMBANG, KEMISKINAN, DAN SEMANGAT UNTUK MENGEJAR KETERTINGGALAN

People of the same trade seldom meet together but the conversation ends in a conspiracy against the public, or in some contrivance to raise prices.
Adam Smith

United Nation Conference on Trade Development pada tahun 2003 merekomendasikan penggunaan free dan open source software di negara berkembang ntuk mengurangi kesenjangan teknologi dengan negara maju. Pada 1 Juli 2004, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Negara Komunikasi dan Informatika, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan HAM, serta menteri Pendidikan Nasional secara resmi menyatakan akan menggalakkan penggunaan standar software terbuka melalui gerakan Indonesia Go Open Source (IGOS) yang konon dapat menghemat belanja sampai 20 triliun rupiah.
Hasil terpenting dari IGOS Summit 2, yang kelak menentukan keberhasilan gerakan open source Indonesia di masa depan, adalah lahirnya komitmen beberapa instansi pemerintahan untuk mengimplementasikan OSS. Mereka adalah Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, Departemen Sosial, Sekretariat Negara, Kepolisian Negara RI, BAPPENAS, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Kehutanan, Departemen Agama, Departemen Keuangan, dan Departemen Perhubungan. Hal lain yang tak kalah penting yang dihasilkan dalam acara ini adalah terbentuknya Aliansi Open Source Indonesia pada penutupan IGOS Summit 2.
Open source dan open movement terbukti mendorong sebagian besar inovasi yang ada di dunia software. Dalam open source, kode program perangkat lunak dibuka untuk siapa saja. Setiap individu atau kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkannya lebih jauh. Bagi negara berkembang, potensi peran open source sangat besar. Dengan konsep yang terbuka kita bisa mengejar ketertinggalan dari negara maju. Karena kita tidak perlu memulai semuanya dari nol. Tinggal dimodifikasi dan dikembangkan.
Selain itu, kita bisa menghemat biaya lisensi. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli lisensi seharusnya bisa digunakan untuk biaya pendidikan, serta mengembangkan berbagai inovasi lain yang akan membuat kita lebih cepat berkembang. Menurut data Badan Pusat Statistik , pendapatan nasional per kapita kita adalah 15,5 juta per tahun pada 2007. Artinya hanya sekitar satu juta per bulan. Angka tersebut pun baru berupa pendapatan rata-rata. Pemerataannya masih timpang. Ada yang pendapatannya masih jauh di bawah angka tersebut. Ada pula segelintir yang penghasilannya berlipat dari angka tersebut.
Bila pendapatan tersebut digunakan untuk membeli software, bagaimana bangsa kita memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan? Sedangkan harga sistem operasi Windows XP Professional SP2 adalah $144 atau Rp 1,742,400. Sebelum dapat bekerja, pengguna masih harus membeli Office 2007 Basic (Word, Excel, Outlook) seharga $170 atau Rp 2,057,000. Belum lagi bila pengguna memerlukan Adobe Photoshop CS4 versi 11 seharga $698 atau Rp 8,445,800. Harga perangkat lunak asli , bisa jauh lebih mahal dari perangkat kerasnya. Sedangkan satu distribusi Linux biasanya sudah menyertakan berbagai aplikasi yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari. Termasuk aplikasi office (OpenOffice.org) dan desain grafis (GIMP) yang memadai.
Standar terbuka adalah hal yang penting. Bayangkan bila data penting Anda tersimpan dalam format tertentu yang hanya bisa dibuka oleh aplikasi tertentu. Apa yang akan Anda lakukan bila beberapa tahun kemudian aplikasi tersebut tidak lagi tersedia, atau format lama tidak lagi didukung? Nah, standar terbuka memungkinkan formatnya dapat dibuka oleh aplikasi apa saja. Sebab, tersedia spesifikasi dan source code implementasi format tersebut. Bahkan setiap orang dapat membuat aplikasi sendiri menggunakan format penyimpanan tersebut. Contohnya adalah Open Document Format (ODF) yang telah terdaftar sebagai standar ISO.
Standar terbuka itu sangat penting untuk interoperabilitas. Kalau ada interoperabilitas, akan menghasilkan pemanfaatan TI yang jauh lebih besar dan ketidaktergantungan pada salah satu vendor. Dengan demikian, kompetisi bisa lebih sehat. Jika kompetisi lebih sehat, yang akan diuntungkan adalah pengguna karena harga lebih murah, service lebih baik, pilihan lebih banyak.
Pemberlakuan UU HaKI (Undang-undang tentang Hak atas Kekayaan Intelektual) pun tidak dapat membendung pola konsumtif ini. Pengguna Windows masih tetap dominan, sebab pembajakan tetap berlangsung. Mereka belum beralih ke Linux, misalnya karena dianggap susah digunakan. Padahal mereka juga tidak mampu membeli lisensi Windows. Barangkali jika pembajakan benar-benar dihentikan, mereka akan berbondong-bondong migrasi ke Linux. Sebab, Linux gratis, kode programnya terbuka (open source), dan bisa dimodifikasi sesuka hati.
Tapi sayangnya, seringkali mereka yang sudah menggunakan Linux hanya berpikir bahwa ini gratis. Mereka tidak berpikir bahwa ini dapat dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Padahal seharusnya ini diarahkan pada kemandirian IT. Sebab, bangsa kita memiliki potensi besar untuk menjadi pengembang. Misalnya mengembangkan distro khusus game atau pendidikan dan menjualnya dengan harga yang relatif masuk akal. Sebagai contoh, lihatlah Thailand. Perlahan mereka membangun ladang industri TI yang cukup canggih dengan menawarkan jasa programming dan animasi yang kuat di Asia Tenggara. Thailand merupakan salah satu sumber open source yang unik karena berbagai perusahaan dan sekolahan berupaya untuk membuat dan menggunakan distro Linux nasional.
Harap diingat bahwa huruf Thai berbeda dengan tulisan latin yang kita gunakan. Jadi bukan sekedar bahasanya yang harus diganti, tapi juga semua karakternya yang ada di seluruh sistem. Belum lagi untuk aplikasi OpenOffice.Org, tapi mereka pantang mundur. Karena kemampuan mereka berpaling ke Linux dan perangkat lunak open source, pada tahun 2003 Microsoft Thailand terpaksa menurunkan harga Windows dan Office dari sekitar 600 dolar AS ke 37 dolar AS. Microsoft Windows XP Starter Edition juga mulai dibuat untuk mengantisipasi program open source Thailand, karena takut negara-negara lain akan mengikuti jejak tetangga kita ini.
Urgensi kemandirian dalam teknologi informasi tidak dapat ditunda lagi. Teknologi Linux warisan UNIX yang sudah matang dan tersedia secara free tidak bisa hanya dianggap barang gratisan. Ada potensi besar di baliknya bila bangsa kita mau berusaha mempelajarinya dan mengembangkannnya. Open source bukan hanya jalan pintas untuk Cut-Budget, namun lebih dari itu. Ia adalah sarana untuk kemajuan dan kemandirian dalam teknologi informasi, baik dalam level sistem operasi maupun aplikasi.
Bangsa besar yang langganan medali emas berbagai olimpiade sains ini seharusnya bisa menjadi produsen dan pemimpin teknologi informasi dunia, bukan hanya pengguna. GNU\Linux dan teknologi open source adalah pintu gerbang menuju ke sana. Semangat mengejar ketertinggalan adalah langkah kaki menuju pintu gerbang tersebut.
YANG MUDA YANG BERSEMANGAT
Educators who embrace PCs as a new teaching tool and learning tool will be agents of change.
Bill Gates, CEO and founder of Microsoft

Agent of Change adalah predikat yang sering dilekatkan pada kaum muda. Umumnya para pemuda memiliki pikiran yang relatif lebih terbuka dibanding kaum yang sudah mapan. Kampus seharusnya menjadi wadah lahirnya inovasi-inovasi baru. Tidak hanya menjadi tempat mencari gelar agar mendapatkan pekerjaan yang layak.
Terbukti banyak inovasi atau teknologi yang banyak dipakai saat ini, lahir dari tangan kaum muda. Misalnya Facebook, yang pada awalnya dikembangkan untuk sarana komunikasi di kampus. Linux pun mulai dikembangkan ketika Linus Torvalds masih mahasiswa. NCSA-Mosaic sebagai browser pertama juga dikembangkan oleh para mahasiswa.
Selain sebagai agen pengubah, mereka juga dikenal memiliki semangat yang tinggi. Semangat ini sangat diperlukan untuk mendukung gagasan-gagasan baru mereka. Sebab, bila mereka tidak punya semangat menggebu, gagasan baru mereka akan kalah. Mereka punya tugas untuk membuktikan bahwa gagasan baru mereka memang lebih baik. Tanpa keuletan dan kegigihan, mereka tidak akan mati-matian memperjuangkan gagasan baru tersebut.
NCSA Mosaic yang dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa University of Illinois at Urbana-Champaign adalah browser pertama dan satu-satunya waktu itu. Setelah lulus, mereka beramai-ramai mendirikan perusahaan dan bertekad membangun browser yang lebih modern dibandingkan Mosaic. Meski akhirnya produk browser tersebut dirilis sebagai Netscape pada tahun 1994, nama kodenya saat masih dalam tahap pengembangan adalah Mozilla. Ia merupakan akronim dari Mosaic Godzilla yang secara slang dapat diartikan sebagai Mosaic Killer.
Nah, ketika Netscape menjadi piranti lunak browser paling populer, Microsoft pun mengincarnya. Strategi awal Microsoft adalah membeli Netscape. Sayangnya, anak-anak muda Netscape yang masih punya idealisme selangit itu terang-terangan menolak tawaran Microsoft. Akhirnya Microsoft membeli browser dari perusahaan lain, yaitu Spyglass. Setelah dipoles sana-sini plus penambahan fitur, lahirlah Internet Explorer. Sialnya, tentu saja Spyglass melisensi teknologi browsernya dari NCSA Mosaic. Anda bisa membuktikannya dengan melihat menu Help-About pada Internet Explorer. Anda akan melihat tulisan, “Based on NCSA Mosaic…”.
Pemasaran Internet Explorer (IE) yang intensif dengan dibundel pada sistem operasi Windows langsung menyerang pangsa pasar Netscape. Muncullah anggapan bahwa Microsoft ingin memonopoli pasar browser dan mengendalikan HTML dan HTTP secara de-facto untuk mengeluarkan Netscape dari pasar server.
Strategi open source pada browser Netscape yang masih populer akhirnya berhasil membendung niat Microsoft untuk memonopoli browser. Pasar server pun sampai sekarang masih dikuasai Apache. Kolaborasi open source diharapkan mempercepat pengembangan dan perbaikan browser. Sehingga Microsoft IE akan tertinggal dan dapat dicegah agar tidak mendefinisikan HTML secara eksklusif. Strategi ini bekerja dengan baik. Terbukti, Mozilla lebih dulu memperkenalkan teknologi tabbed-browsing . Pengguna IE baru bisa menikmatinya pada versi 7.
Sayangnya, semangat kaum muda Indonesia masih banyak digunakan untuk tawuran atau demo. Padahal potensi mereka sangat besar bila diarahkan untuk melahirkan inovasi.

SEMANGAT YANG SEPERTI APA DAN BAGAIMANA?

Motivation produces movement…it is the movement which enables us to distinguish between the “quick” and the “dead”.
Nick Thornely (British author)
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Semangat mengejar ketertinggalan berbasis open source dapat diarahkan pada tiga hal berikut:
· SEMANGAT UNTUK MEMBUKA MATA
Semangat membuka mata untuk melihat baik dan buruknya sebuah kemungkinan dari penggunaan software bajakan dan asli, propietary atau open source. Penggunaan software bajakan menjadikan pola konsumtif dalam menggunakan sistem operasi dan aplikasi yang tidak menyertakan source code telah memanjakan kita. Banyak pengguna masih terus memakainya tanpa tahu apa yang ada dibaliknya. Pola konsumtif tersebut sangat berbahaya dalam jangka panjang.
Akibat yang paling jelas adalah ketergantungan. Karena sudah terlalu terbiasa menggunakan produk tertentu, ada beberapa orang yang hanya bisa bekerja dengan produk tersebut. Apalagi bila teknologi dari produk yang dipakai bersifat tertutup (propietary). Artinya, kita tidak mengetahui cara kerja sistem dan apa saja yang dilakukan oleh sistem. Bila ada masalah, kita hanya bisa menunggu patch atau update.
Kita tidak bisa terlibat dalam pengembangannya. Selain itu, Anda tidak mempunyai pilihan lain jika suatu saat produsen menaikkan harga lisensi atau menghentikan dukungannya. Padahal kita punya potensi untuk menjadi produsen bila mau membuka mata akan adanya potensi besar di balik perangkat lunak open source.
· SEMANGAT UNTUK MEMBUKA HATI
Semangat membuka hati untuk menimbang masalah lisensi dan royalti. Bila kita ingin hasil karya kita dihargai, maka kita harus terlebih dahulu menghargai hasil karya orang lain. Bila tidak mau karya kita dibajak, ya jangan membajak karya orang lain. Pernahkah kita menanyakan pada hati kita masing-masing, bagaimana rasanya mempunyai karya yang dibajak beramai-ramai?
Patut disyukuri, masih banyak pengembang yang berlapang dada melegalkan “pembajakan” atas karyanya melalui lisensi open source. Bila tidak mampu membeli perangkat lunak asli propietary, mari kita gunakan hasil karya yang legal digunakan secara gratis. Meski gratis dan murah, hasil karya komunitas open source tidaklah murahan. Bahkan seringkali lebih berkualitas dan inovatif dibanding yang propietary. Dengan menggunakan open source, hati kita menjadi lapang. Tidak terisi oleh rasa bersalah karena membajak karya orang lain. Lebih lanjut, dada kita akan semakin lapang bila kita berbagi dan ikut memberikan kontribusi.
· SEMANGAT UNTUK MEMBUKA PIKIRAN
Akhirnya, bila mata dan hati sudah terbuka, kita lanjutkan dengan semangat membuka pikiran untuk menciptakan inovasi dan terobosan. Segala sesuatu yang diberikan secara gratis ini (open source) seharusnya digunakan untuk menciptakan sesuatu yang lebih kreatif dan bermanfaat lagi. Harus memberikan manfaat, bukan hanya berakhir di end-user.

AKHIRNYA, SEMUA INI HANYALAH TOOL

Really, I’m not out to destroy Microsoft. That will just be a completely
unintentional side effect.
Linus Torvalds, 2003

Baik perangkat keras maupun perangkat lunak, mereka hanyalah perkakas atau tool yang harus dikuasai. Bukan sebuah ideolagi apalagi sebuah agama yang harus dianut. Seorang pengguna atau apalagi seorang developer seharusnya independen terhadap peralatan. Tidak boleh memiliki fanatisme sempit atau mendewakan teknologi, sistem operasi, aplikasi, atau bahasa pemrograman tertentu. Apalagi sampai bergantung kepada salah satu vendornya. Seorang pengguna, dan terlebih lagi developer harus merdeka dari perangkat yang mereka gunakan. Mereka yang memerintah alat-alat tersebut untuk bekerja menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat luas.

Zaitun Time Series, Winner dalam Ajang INAICTA 2009 *

Sekali lagi prestasi tingkat nasional diraih oleh insan BPS. Uniknya, prestasi kali ini pada bidang Teknologi Informasi. Pencapaian ini bisa menjadi tonggak membaiknya kembali citra BPS sebagai instansi pembina jabatan pranata komputer. Sebuah software analisis data time series karya alumni Komputasi Statistik STIS angkatan-45 memperoleh predikat Winner dalam Indonesian ICT Award 2009 untuk kategori Research and Development. Tim pengembang Zaitun Time Series pun berhak mendapatkan hadiah berupa piala, piagam dan sejumlah uang jutaan rupiah. Indonesian ICT Award 2009 adalah acara akbar berskala nasional yang diselenggarakan komunitas teknologi informasi dan komunikasi di tanah air, dengan dukungan penuh dari Departemen Komunikasi dan Informatika, yang bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap karya-karya terbaik bangsa di bidang telematika.

Acara ini diikuti oleh 700 peserta dalam 18 kategori perlombaan, terdiri atas 10 kategori profesional dan 8 kategori student. Pada 28-29 Juli 2009, lima nominator dari masing-masing kategori mengadakan pameran dan presentasi hasil karyanya di Jakarta Convention Center. Mereka memperebutkan total hadiah senilai 1 Milyar rupiah. Zaitun Time Series (ZTS) adalah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengguna melakukan analisis terhadap suatu data time series serta melakukan prediksi/peramalan terhadap data tersebut. Zaitun Time Series pertama kali dikembangkan oleh tim ”Time Series” sebagai tugas akhir pada jenjang pendidikan DIV di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Jakarta Tahun 2007. Tim ini awalnya beranggotakan mahasiswa jurusan komputasi statistik STIS, yaitu Rizal Zaini Ahmad Fathony, Suryono Hadi Wibowo, Almaratul Sholihah, Muhamad Fuad Hasan, Rismawaty, Wawan Kurniawan. Versi awal Zaitun Time Series (versi 0.1.1) selesai pada bulan Agustus 2008, dan di bulan Oktober 2008 Zaitun Time Series diperkenalkan ke publik melalui site http://www.zaitunsoftware.com , dan dapat diunduh secara gratis. Saat ini, versi terakhir Zaitun Time Series adalah versi 0.1.4. Zaitun Time Series adalah aplikasi yang didesain untuk analisis statistik terhadap data time series. Aplikasi ini menyediakan cara yang mudah dalam pemodelan dan peramalan data time series. Berbeda dengan kebanyakan aplikasi time series lainnya, Zaitun Time Series adalah aplikasi time series yang gratis, mudah digunakan, user friendly, dan dapat digunakan untuk kepentingan apapun. Zaitun Time Series juga menyediakan berbagai analisis statistik dan neural network, serta alat bantu grafis yang akan membuat pekerjaan dalam menganalisis data time series menjadi lebih mudah. Analisis statistik dan neural networks antara lain: Trend Analysis, Decomposition, Moving Average, Exponential Smoothing, Correlogram, dan Neural Networks. Sedangkan alat bantu grafisnya antara lain: Time Series Plot, Actual and Predicted Plot, Actual and Forecasted Plot, Actual vs Predicted Plot, Residual Plot, Residual vs Actual Plot, dan Residual vs Predicted Plot. Hingga kini, Zaitun Time Series terus dikembangkan lebih lanjut oleh developer team yang terdapat di http://www.zaitunsoftware.com . Tim pengembang yang masih aktif sampai sekarang adalah Rizal Zaini Ahmad Fathony (core developer, staf IPDS BPS Kab. Rokan Hilir), Suryono Hadi Wibowo (BPS Kab. Ende, Flores), dan Lia Amelia (BPS Provinsi Sumatera Selatan). Amin Rois Sinung Nugroho (ARSN, BPS Kab. Selayar, Sulawesi Selatan) berinisiatif meliput dan mewawancarai Rizal Zaini Ahmad Fathony (RZAF) untuk Varia Statistik BPS dan Buletin Statistika STIS. Berikut petikan wawancaranya:

ARSN: Kenapa dinamakan Zaitun?

RZAF: Awalnya kami ingin menamai software kami dengan nama buah. Pilihan kami jatuh ke Zaitun yang berdasarkan literatur mempunyai banyak manfaat. Kami berharap software ini juga bisa banyak bermanfaat untuk masyarakat luas tidak hanya di dalam negeri tapi juga di seluruh dunia.

ARSN: Dari mana munculnya ide untuk membuat ZTS?

RZAF: Dulu, awalnya saya ingin membuat skripsi berupa sebuah aplikasi statistik yang ‘all in one’ dimana mulai dari pengentrian data sampai analisis bisa dilakukan di aplikasi itu. Sampai akhirnya salah satu dosen saya, Firdaus, MBA, menawarkan topik time series yang akan melibatkan beberapa mahasiswa. Setelah itu, saya mulai mencari referensi tentang time series. Saya kemudian tertarik untuk mengembangkan aplikasi time series, karena melihat akan ada peluang aplikasi saya nantinya akan bermanfaat bagi orang banyak. Konsentrasi skripsi saya di Neural Network dan Algoritma Genetika untuk peramalan time series. Setelah membaca referensi-referensi yang berkaitan, saya mencoba berkonsultasi dengan pakar-nya yaitu Dr. Muchamad Romzi. Akhirnya saya mengajukan topik tersebut dengan pembimbing Dr. Muchamad Romzi. Enam orang tim time series dibimbing oleh 5 dosen berbeda.Tapi alhamdulillah dengan kekompakan, kami bisa menyelesaikan dengan baik.

ARSN: Apa manfaat program ini bagi masyarakat Indonesia? Bagaimana potensi penggunaan program ini bagi publik?

RZAF: Manfaat yang dapat diperoleh bagi masyarakat Indonesia dan juga dunia diantaranya masyarakat dapat memenfaatkan Zaitun Time Series secara gratis untuk diterapkan pada data-data time series yang mereka miliki. Potensi pengunaan program ini bagi publik sangat luas, karena data time series yang tersebar di berbagai bidang. Penggunaannya terutama bagi praktisi yang berkecimpung dengan data-data time series dan peramalan serta dari kalangan akademis.

ARSN:Apa saja kesan dan pesan Anda terhadap pelaksanaan lomba ini? RZAF: Alhamdulillah dengan tekad yang kuat kami tetap berusaha untuk berkompetisi di INAICTA kali ini walau harus dengan biaya sendiri. Semua biaya dalam acara ini memang kami tanggung sendiri. Mulai dari awal penjurian, transport ke Jakarta dari daerah, biaya pembuatan stand/booth pada saat eksibisi (semua nominator diwajibkan membuat stand). Kami sangat bangga bisa berpartisipasi dalam acara ini. Produk-produk yang diajukan pada INAICTA merupakan karya-karya terbaik di bidang TI Indonesia dengan kualitas yang bagus. Wah, seru banget lombanya, karena ini memang ajang aktualisasi diri segala komponen masyarakat, baik dari perorangan, kelompok, institusi pendidikan, lembaga riset, bahkan perusahaan, semua saling beradu kreativitas di sini.

ARSN: Apa yang diharapkan dengan mengikutsertakan produk ini ke INAICTA 2009? RZAF: Harapan kami dengan mengikutsertakan Zaitun Time Series ke INAICTA 2009 adalah untuk lebih memperkenalkan produk ini ke masyarakat luas. Kami sangat berharap produk ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas, dan juga oleh kalangan akademis (mahasiswa atau dosen) di universitas-universitas. Kami juga berharap akan ada pihak-pihak atau sponsor yang membantu kami untuk lebih mengembangkan Zaitun Time Series kedepan sesuai roadmap yang telah dibuat.

ARSN: Apa saja kendala yang dihadapi dalam pembuatannya dan selama portal ini diluncurkan?

RZAF: Kendala yang kami hadapi dalam pembuatan salah satunya kami agak kesulitan dalam mencari referensi ilmiah, terutama dari segi konsep statitsik dan komputasinya. Alhamdulillah berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kami bisa menyelesaikan aplikasi ini. Selama portal diluncurkan, kendalanya diantaranya adalah untuk pendistribusian software nya. Zaitun Time Series belum banyak dikenal. Kami hanya menggunakan website saja untuk pendistribusiannya. Kendala lainnya adalah kesibukan anggota tim (yang masing-masing mempunyai aktivitas sendiri-sendiri) yang seringkali memperlambat pengembangan Zaitun Time Series selanjutnya.

ARSN: ZTS ini dibangun dengan teknologi apa?

RZAF: ZTS didevelop menggunakan bahasa pemrograman C# dan platform .NET. Sedangkan untuk IDE (Integrated Development Environment)-nya kami menggunakan versi gratis Microsoft Visual C# 2005 Express Edition. Kami juga menggunakan beberapa komponen pendukung dengan lisensi LGPL. Kami sengaja memilih komponen berlisensi LGPL karena lebih fleksibel. (LGPL atau Lesser GNU General Public License adalah salah satu jenis lisensi open source yang banyak dipakai untuk pustaka/library. Lisensi ini dianggap fleksibel karena mengizinkan developer untuk menggunakannya dalam program yang dilisensikan propietary atau non-open source. Misalnya Microsoft Office yang propietary-berbayar ternyata menggunakan zlib, sebuah pustaka kompresi open source berlisensi fleksibel)

ARSN: Wah, ternyata ZTS juga menggunakan komponen open source. Bagaimana pandangan anda mengenai penggunaan aplikasi Free dan Open Source di BPS?

RZAF: Pengunaan aplikasi FOSS (Free and Open Source Software) di suatu organisasi bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap sofware berbayar dan mengurangi pembajakan software yang saat ini masih banyak terjadi di BPS. Penerapan FOSS di BPS bisa dilakukan secara bertahap. FOSS tidak selalu berarti Linux atau under Linux. Bagi mereka yang masih membutuhkan Windows, bisa mulai menggunakan aplikasi FOSS yang berbasis Windows. Saya rasa untuk tahap awal itu baik dan feasible untuk dilakukan di BPS.

ARSN: Penghargaan apa saja yang sudah diterima oleh ZTS?

RZAF: 1) Softpedia 100% Clean Award, Softpedia menjamin bahwa Zaitun Time Series 100% bersih, yang berarti tidak mengandung malware, spyware, virus, trojan atau backdoor. 2) Free Download Manager User Choice Award, Award ini diterima dari website Free Download Manager, karena Zaitun Time Series dipilih untuk didownload oleh pengunjung website Free Download Manager.

ARSN: Apa saja strategi Zaitun Time Series ke depan?

RZAF: Untuk pengembangan Zaitun Time Series kedepan, kami telah menetapkan roadmap pengembangan Zaitun Time Series kedepan. Tentunya kami juga akan terus mengakomodir masukan-masukan dari pengguna yang tersebar di seluruh dunia. Kami berencana menambahkan model statistik, model neural network, peramalan otomatis, koneksi ke database eksternal, dan live stock market. Strategi pemasarannya, kami masih akan menggunakan website sebagai media utama interaksi antara tim pengembang dengan pengguna Zaitun Time Series, karena website akan lebih memudahkan interaksi terhadap pengguna di seluruh dunia. Tentunya kami akan mencoba meningkatkan kualitas website Zaitun Time Series. Kami juga menerima secara terbuka, siapa saja yang tertarik untuk membantu mengembangkan ZTS secara serius.

ARSN: Ada rencana untuk menjual ZTS dengan biaya lisensi?

RZAF: Zaitun Time Series saat ini didistribusikan secara gratis. Untuk saat ini, kami masih memilih untuk membebaskan siapa saja menggunakan software ini untuk kepentingan apa saja. Pengguna dapat mengunduh aplikasi Zaitun Time Series dan manual penggunaannya secara gratis di http://www.zaitunsoftware.com atau di berbagai web-web download seperti http://www.download.com dan http://www.softpedia.com .

ARSN: Berharap Zaitun digunakan di BPS?

RZAF: Tentu. Saat ini, Zaitun Time Series sudah didownload oleh lebih dari 43.000 kali. Sekitar 20 persennya berasal dari dalam negeri. Kebanyakan pengguna yang mengunduh (download) berasal dari luar negeri. Kami sangat memimpikan ZTS ini bisa bermanfaat lebih banyak juga di dalam negeri dan juga kami berharap ZTS bisa dipakai di Instansi Statistik terbesar di negeri ini dan juga Instansi tempat saya bekerja yaitu BPS. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bila ZTS bisa dipakai di BPS.

ARSN: Bagaimana pandangan Anda mengenai perkembangan TI di BPS? RZAF: Belum ada blueprint TI yang jelas. Bila ada blueprint, bisa dicapai kesamaan visi TI di semua bagian BPS. Sehingga implikasinya, nantinya akan memudahkan untuk integrasi data, pengembangan data warehouse untuk BPS yang core business-nya di bidang data. Jika data-data BPS bisa terintegrasi dalam suatu datawarehouse, nantinya masyarakat pengguna data akan dapat dilayani dengan prima. Seseorang yang akan membutuhkan data cukup mengakses media tertentu seorang yang akan membutuhkan data cukup mengakses interface tertentu yang berbasis website. Mereka bisa dengan mudah meng-customize data yang akan mereka request, sistem akan menampilkan data sesuai yang di minta pengguna beserta pendukungnya (seperti grafik atau peta). Google Finance mungkin bisa sebagai contoh untuk data-data series. Pengguna dapat dengan mudah mengkustomisasi data-data pergerakan saham sesuai yang mereka butuhkan. Hal itu sangat memungkinkan dikembangkan jika keberadaan datawarehouse telah ada.

ARSN: Apa pesan Anda untuk mahasiswa komputasi statistik STIS? RZAF: Jangan terpaku pada mata kuliah yang ada. Tambah wawasan mengenai perkembangan teknologi di luar. Barangkali perlu juga dibentuk semacam forum untuk belajar bersama saling mengisi. Misalnya sekarang sudah ada Komputasi.NET, mungkin bisa lebih diramaikan lagi. Bergabunglah dengan komunitas di luar kampus. Saya sendiri misalnya bergabung dengan beberapa komunitas developer C#, softcomputing, dan data mining.

Sebagai penutup, ada satu hal yang menarik. Meski sudah mencapai prestasi seperti ini, sahabat kental saya ini masih tetap tidak bisa meninggalkan menu favoritnya: telur dadar dan tempe goreng. Sampai suatu hari di acara Ratek, RZAF harus memesan sendiri menu favoritnya itu ke petugas hotel. Karena rupanya menu tersebut tidak ada. Karena petugas hotel meminta biaya tambahan, RZAF lalu menghubungi panitia. Akhirnya panitia menjelaskan kepada petugas hotel bahwa menu tersebut akan ditanggung oleh panitia. Tidak berapa lama, RZAF pun bisa menikmati menu favoritnya. Semoga cerita ini mampu memberi kita semangat untuk terus berkarya tanpa terbelenggu oleh kesibukan pekerjaan di BPS.

* Liputan ini diolah dan ditulis oleh Amin Rois Sinung Nugroho dengan sumber data sebagai berikut: 1. wawancara dengan Rizal Zaini Ahmad Fathony via email dan Yahoo Messenger 2. situs resmi Zaitun Time Series, http://www.zaitunsoftware.com 3. situs resmi ajang INAICTA, http://www.inaicta.web.id 4. blog milik RZAF, rizalzaf.wordpress.com 5. wawancara media online http://www.teknopreneur.com dengan RZAF

PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN (PEMAKETAN) DISTRIBUSI GNU/LINUX UNTUK MEMOTIVASI MIGRASI SISTEM KOMPUTER BADAN PUSAT STATISTIK DARI BERBASIS WINDOWS MENJADI BERBASIS GNU/LINUX

Abstract:

Badan Pusat Statistik or Statistics Indonesia is a national institution with data and information considered as business core. Ironically, it still using Windows operating system that is notoriously vulnerable of viruses and other threats. Besides, there is national regulations to use free and open source software known as Indonesia Go Open Source (IGOS). The objective of this research is to observe the problem that occurs by using Windows in BPS, collecting information on applications used daily, and develop GNU/Linux distribution that meets the needs of applications used daily in BPS. This research is also collecting data and argument to make GNU/Linux applicable in BPS. The research methodology are: to arrange a survey collecting informations as mentioned before, and then develop a GNU/Linux distribution based on the informations from the survey. The GNU/Linux distribution resulted from this research can meet the needs of daily usage in BPS with some implications and consequences explained in the end of this paper. But, this paper cannot implement the distro in BPS, because it depends on the policy of BPS top manager. So, this paper could only providing information and tools to make GNU/Linux applicable in BPS, thus motivate BPS to migrate to GNU/Linux instead of using Windows.

Keywords: linux, open source, statistics

1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik adalah lembaga pemerintah non-departemen yang bergerak di bidang pengumpulan dan pengolahan data. Selain itu, BPS juga berperan sebagai pembina bagi jabatan pranata komputer. Penggunaan teknologi dan sistem komputer yang baik tentunya menjadi hal yang penting. Ironisnya, BPS masih menggunakan sistem operasi Windows dalam kegiatan sehari-harinya. Padahal sistem operasi ini sudah dikenal dengan berbagai kerentanan. Antara lain mudah diserang virus, melambat dari hari ke hari, dan sebagainya. Produktivitas pun dapat menurun karena ada waktu produktif yang harus dialokasikan untuk perbaikan.

Padahal sudah ada kebijakan di tingkat internasional dan nasional untuk menggunakan sistem operasi dan aplikasi open source. United Nation Conference on Trade Development pada tahun 2003 merekomendasikan penggunaan free dan open source software di negara berkembang untuk mengurangi kesenjangan teknologi dengan negara maju. Pada 1 Juli 2004, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Negara Komunikasi dan Informatika, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan HAM, serta menteri Pendidikan Nasional secara resmi menyatakan akan menggalakkan penggunaan standar software terbuka melalui gerakan Indonesia Go Open Source (IGOS) yang konon dapat menghemat belanja sampai 20 triliun rupiah. [3]

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan ditribusi GNU/Linux yang memenuhi kebutuhan aplikasi dalam pekerjaan sehari-hari di BPS Pusat dan mengkaji sejeuh mana solusi ini bisa diterapkan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
melakukan analisis permasalahan pada pemakaian sistem operasi Windows di BPS
melakukan analisis kebutuhan aplikasi dalam pekerjaan sehari-hari di BPS
merancang dan mengembangkan (memaketkan) distribusi GNU/Linux yang memenuhi kebutuhan BPS
melakukan evaluasi dan mengkaji konsekuensi dan implikasi penerapan distribusi GNU/Linux yang sudah dikembangkan untuk memotivasi migrasi sistem komputer BPS dari berbasis Windows menjadi berbasis GNU/Linux

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
pengumpulan data mengenai berbagai gangguan yang terjadi selma pemakaian sistem operasi Windows di BPS, dikategorikan pada: virus, hang, lambat, tidak boot, dan adakah pemakaian software bajakan.
tingkat pengetahuan responden di BPS mengenai GNU/Linux dan OpenOffice, serta tingkat persetujuan responden di BPS terhadap rencana migrasi dari Windows ke GNU/Linux
bagaimana mengembangkan distribusi GNU/Linux yang memenuhi kebutuhan aplikasi dan pekerjan sehari-hari di BPS serta implikasi dan konsekuensinya sehingga benar-benar dapat diterapkan.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Operasi

Tujuan utama (goals) desain sistem operasi adalah: define abstraction, provide primitive operation, ensure isolation, dan manage the hardware. (Tanenbaum 2001: 337) Sebuah sistem operasi harus mampu mendefinisikan abstraksi yang baik dari operasi primitif yang akan disediakan untuk penggunanya. Selain itu, ia juga harus mampu mengisolasi suatu proses dengan proses lainnya. Sehingga proses dapat berjalan secara independen, dan jika mengalami masalah, masalah tersebut tidak mempengaruhi proses lain.

2.2 Sejarah Free Software

Free Software atau non-proprietary software telah ada sejak penemuan komputer pertama kali sekitar pertengahan tahun 1940, dan dalam beberapa tahun hal ini berlangsung tanpa masalah. Namun pembuatan, penyebaran, dan penggunaan free software ini hanya terbatas pada kalangan tertentu saja seperti engineer, ilmuwan, dan orang-orang tertentu yang memiliki akses komputer yang dianggap sebagai teknologi yang mahal dan langka. Di dalam universitas dan sektor publik (terutama lembaga militer di negara maju) dimana fasilitas komputer berada, pertukaran berbagai perangkat lunak berupa kode-kode program berlangsung bebas dan mudah antar sesama programmer yang dibayar untuk usahanya membuat program bukan untuk kepemilikan programnya.

Beragamnya jenis program yang ada saat itu telah memicu pembuatan sistem operasi (Operating System) untuk menyatukan program yang masih terpisah-pisah tersebut sehingga dapat berjalan dengan mudah dalam satu komputer. Sampai awal tahun 1970, sistem operasi dijalankan dalam komputer mini dengan mainframe tertentu sehingga membuat program menjadi tidak kompatibel, akibatnya program harus ditulis ulang untuk setiap jenis mesin. Inilah awal munculnya proprietary software yang digunakan oleh IBM, Burroughs, Honeywell dan pembuat komputer besar lainnya untuk membantu membedakan jenis program dan menyesuaikannya dengan merk mesin tertentu. Pada tahun 1970 juga, beberapa programmer dari laboratorium AT&T Bell berhasil membuat sistem operasi UNIX yang ditulis dengan bahasa C dan dapat berjalan pada berbagai merk mesin komputer. Pada tahun 1980, revolusi komputer mencapai puncaknya dengan dibuatnya jenis komputer PC. Penggunaan PC ini meningkat secara eksponensial hingga menjamah sektor bisnis. Seiring dengan ekspansi komputer pada berbagai sektor bisnis ini, programmer tidak hanya dibayar untuk pembuatan program tetapi juga untuk program yang dibuatnya. Dengan demikian, perkembangan perangkat lunak proprietary relatif lebih cepat dibandingkan non-proprietary software.

Pada tahun 1984, Richard Stallman membuat proyek yang dinamakan GNU (GNU’s Not Unix) di laboratorium Artificial Intelligence MIT. GNU ini merupakan sistem operasi yang dibuat untuk “melawan” komersialisasi perangkat lunak yang dilakukan perusahaan pembuat UNIX. Dengan usahanya ini, Stallman menjadi pionir free software melalui projek GNU dan pembentukan Free Software Foundation (FSF). Pada tahun 1990, adanya jaringan internet menstimulasi perkembangan free software dengan terbentuknya komunitas free software di seluruh dunia yang tidak hanya tertarik dengan sistem operasi tetapi juga dalam pengembangan aplikasinya. Pada tahun 1994, GNU menjadi sistem operasi sempurna dengan kontribusi kernel Linux yang dirilis oleh Linus Torvalds. GNU/Linux menjadi sistem operasi alternatif selain UNIX.

Saat ini, FOSS (Free or Open Source Software) tumbuh pesat dengan berbagai sistem dan aplikasinya menjadi solusi alternatif dari pemakaian proprietary software. Penggunaan perangkat lunak open source menjadi pilihan utama dibeberapa negara dengan berbagai kelebihan yang dimiliki OSS seperti sekuritas, reliabilitas sistem, dan kelebihan lainnya. Dengan sifatnya yang “open” memberikan keuntungan lebih bagi pengguna OSS yang juga seorang pengembang (developer) perangkat lunak, karena pengembang dapat memodifikasi program yang tersedia sesuai dengan keinginannya. Pengguna atau konsumer yang juga seorang pengembang atau produsen disebut sebagai “prosumer”. Selain itu, secara ekonomis, pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya untuk OSS ini dibandingkan dengan penggunaan proprietary software. [5]

2.3 Keunggulan GNU/Linux

Ada beberapa keunggulan yang menjadi alasan pemilihan GNU/Linux antara lain:

1. Biaya Investasi

– Biaya lisensi untuk perangkat lunak, nol atau sangat rendah (karena masih ada biaya distribusi perangkat lunak).

– Perangkat keras: berbeda dengan penggunaan proprietary software, yang mensyaratkan spesifikasi perangkat keras tertentu, OSS tidak terlalu bergantung pada jenis perangkat keras tertentu. Pasalnya OSS dapat beroperasi pada PC standar dan berbagai platform perangkat keras.

– Pengeluaran biaya tertuju pada perawatan (maintenance) sistem OSS.

2. Kualitas dan Kinerja

– Kualitas program dibuat dengan memperhatikan reliabilitas dan kinerja yang terkait dengan keseluruhan sistem yang digunakan. Dengan hasil peer review yang diperoleh dari para programmer, kualitas dan kinerja OSS dapat selalu ditingkatkan.

– Fleksibilitas Sistem: Perubahan requirement (baik perangkat lunak atau perangkat keras) pada OSS tidak akan terlalu berpengaruh terhadap sistem yang digunakan. Hal ini sangat berbeda dengan proprietary software, ketika requirement penyusun sistem berubah maka perangkat lunak yang digunakan harus diganti atau diperbaharui (update). Perangkat lunak yang berbasis open source lebih fleksibel digunakan tanpa terpengaruh oleh perangkat keras atau perangkat lunak lain pada sistem.

3. Keamanan

– Dengan menggunakan OSS, faktor keamanan (security) selalu dapat ditingkatkan. Pasalnya, akses pada source code yang terbuka akan memudahkan pendeteksian kerusakan sistem, sehingga bisa langsung diperbaiki.

4. Lokalisasi

– Pengembang dapat memodifikasi program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar, contohnya translasi Linux ke dalam suatu bahasa tertentu.

– Meningkatkan kapasitas pengembang perangkat lunak lokal.

5. Independensi (kebebasan)

– Berkurangnya ketergantungan terhadap suatu vendor perangkat lunak.

2.4 Contoh Penerapan GNU/Linux

Berbagai keunggulan GNU/Linux tersebut menyebabkan pemanfaatannya sudah meluas ke berbagai negara, diantaranya: Amerika Serikat, Estonia, Peru, Srilangka, Belanda, Cina, Filipina, Jepang, India, Malaysia, Thailand, Nigeria, Brasil, Kuba, Spanyol, Jerman, Polandia, dan Afrika Selatan. Garis merah yang dapat ditarik dari kebijakan-kebijakan negara lain terhadap OSS antara lain adalah:

1. Pemerintah menjadi kunci utama untuk menentukan arah pembangunan dan pengembangan OSS. Sejumlah negara yang telah mengadopsi OSS punya peluang yang sangat besar untuk dapat mempercepat tingkat kemajuan teknologi beserta keuntungan finansial yang dibawanya.

2. Sejumlah negara mengakui bahwa penggunaan OSS merupakan salah satu jalan untuk menjadi salah satu kompetitor di pasar global; mendorong industri perangkat lunak lokal; berkomitmen untuk memasyarakatkan teknologi informasi serta menurunkan biaya pembelian Teknologi Informasi.

3. Biaya tidak selalu menjadi alasan utama bagi negara-negara tertentu yang memilih untuk menggunakan OSS. Aspek keamanan, interoperabilitas, menghilangkan ketergantungan pada satu vendor, turut memajukan industri pengembang lokal menjadi alasan yang lebih diutamakan daripada faktor biaya.

Sedangkan pemanfaatan GNU/Linux di lembaga pemerintahan Indonesia sudah dilakukan di Depkominfo (departemen Komunikasi dan Infromasi), Depsos (Departemen Sosial), Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darussalaam, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, BATAN, BAPETEN, Pemerintah Kabupaten Kebumen.

Di berbagai perusahaan swasta di Indonesia pemanfaatan GNU/Linux juga sudah banyak, karena mereka benar-benar berpikir untung rugi. Tidak seperti di pemerintahan yang anggaraannya bisa tidak terbatas. Perusahaan swasta yang sudah menggunakan GNU/Linux antara lain: hampir seluruh usaha yang berbasis internet, seperti webhosting, pabrik obat dan makanan di Konimex, dan sebagainya.

2.5 Faktor-faktor Penyebab Belum Migrasi ke GNU/Linux

Ada berbagai faktor yang menyebabkan penggunaan GNU/Linux belum dilakukan di Indonesia maupun di BPS antara lain karena:

1. meskipun UU Hak atas Kekayaan Intelektual (UU HaKI) sudah diberlakukan, namun sistem operasi dan software propietary bisa didapatkan dengan mudah dan dengan biaya yang jauh lebih murah daripada biaya seharusnya. Hal ini menjadikan GNU/Linux dan Open Source Software kurang menarik untuk digunakan. Seandainya pemakai dan penjual software bajakan benar-benar ditindak, tentu banyak yang sudah berbondong-bondong belajar menggunakan GNU/Linux dan Open Source Software.

2. ada beberapa kekurangan pada OSS yaitu: terlalu banyak variasi dari OSS, tidak adanya dukungan komersial, usabilitas yang masih kurang baik, interoperabilitas dengan sistem proprietary, terbatasnya sumber daya manusia, aplikasi dan komitmen terhadap OSS, dan dokumentasi yang kurang lengkap.

3. Khusus untuk di BPS, hal ini juga disebabkan belum adanya distribusi GNU/Linux yang mengemas secara default paket aplikasi khusus yang dibutuhkan di BPS.

2.6 Distribusi GNU/Linux

Distro Linux adalah kernel Linux ditambah dengan kumpulan paket-paket software dari GNU dan yang lainnya, yang dibundel menjadi satu, dengan tujuan untuk mempermudah proses distribusi software tersebut. Ibarat sebuah mobil, Linux, atau tepatnya kernel Linux adalah mesin utamanya. Ini yang dikembangkan oleh Linus Torvalds dan kawan-kawan. Sedangkan sasis, rangka, roda, per, dan sebagainya disatukan oleh perusahaan karoseri. Demikian juga (kernel) Linux, untuk bisa dipergunakan, dilengkapi aplikasi pendukung seperti aplikasi server, desktop manager, aplikasi office dan banyak aplikasi lain sesuai kebutuhan. Ini yang dilakukan oleh RedHat, SuSE, Debian, Mandriva, dan beberapa distributor lainnya. Mereka mendistribusikan Linux kepada pengguna, lengkap dengan aplikasi-aplikasi pendukung siap pakai. (Sofyan, 2006)

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Survei untuk Analisis Sistem Berjalan

Analisis sistem berjalan dilakukan dengan sensus pada 56 sub-direktorat kerja di BPS dengan satu responden pada tiap sub-direktorat. Responden yang dipilih adalah Kepala Sub-Direktorat atau Kepala Seksi. Informasi yang dikumpulkan adalah kebutuhan aplikasi atau software dalam pekerjaan sehari-hari di setiap subdit, komposisi perangkat keras (hardware) yang dipakai, permasalahan yang ada dengan pemakaian Windows, serta tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penggunaan GNU/Linux.

3.2 Metode Pemaketan Distro

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam memaketkan distro. Pertama, Linux from Scratch atau membangun dari nol. Metode ini cocok untuk mendalami lay-out dari Linux namun membutuhkan banyak effort untuk mendistribusikannya kembali. Sehingga metode ini lebih cocok digunakan secara pribadi. Kedua, membangun distro dengna cara memodifikasi distro besar yang sudah mapan. Penelitian ini akan menggunakan metode kedua karena membutuhkan effort yang lebih sedikit untuk distribusi ulang hasil modifikasinya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemaketan distro adalah sebagai berikut. Pertama, instalasi basis distro. Kemudian tambahkan paket aplikasi yang diperlukan sesuai dengan hasil sensus. Kedua, persiapkan lingkungan kerja. Pada tahap ini dilakukan modifikasi pada kernel untuk menambahkan dukungan filesystem squashfs dan unionfs yang akan digunakan pada LiveDVD. Lalu tentukan direktori kerja dan hirarki DVD yang akan dibuat. Ketiga, salin (copy) seluruh direktori yang sudah dimodifikasi pada tahap pertama, selain direktori /dev, /proc, /tmp, /home ke direktori kerja sebagai satu filesystem. Keempat, ubah root sistem ke direktori kerja. Lalu instalasikan paket yang diperlukan oleh sistem LiveDVD, yaitu casper dan ubiquity-installer dan update initramfs. Setelah itu hapus semua user selain sistem. Kemudian bersihkan direktori kerja dari file-file yang tidak diperlukan dalam LiveDVD. Kelima, siapkan hirarki dari LiveDVD. Salin (copy) kernel image, updated-initrd, dan memtest yang sudah disiapkan pada tahap sebelumnya. Kemudian ubah susunan direktori yang ada menjadi sebuah file yang dikompresi dengan filesystem squashfs. Keenam, mengatur Grub sebagai boot loader dari DVD. Ketujuh, membuat LiveDVD. Build file ISO dari hirarki DVD pada tahap sebelumnya. Lalu uji file ISO dengan PC emulator atau virtual machine, misalnya qemu atau VirtualBox. Jika sudah dapat berjalan dengan baik, barulah file ISO dibakar ke media DVD dan diuji di komputer lain yang menjadi sasaran uji coba.[4]

3.4 Rancangan Uji Coba

Uji coba akan dilakukan dengan pemberian pengenalan atau pelatihan pada sampel terpilih, lalu dilihat apakah setelah pengenalan dan pelatihan tersebut persepsinya berubah secara signifikan. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa solusi yang ada dapat diterapkan. Ada juga pilihan untuk mengadakan seminar kecil di gedung 6 lantai 8 BPS Pusat sebagai sarana sosialisasi dan mengumpulkan masukan atau tanggapan dari pegawai BPS secara lebih efektif. Namun hal ini masih dalam tahap konfirmasi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Survei Analisis Sistem Berjalan

Survei analisis sistem berjalan yang dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2008 berhasil mengumpulkan data dari 38 subdirektorat dari 56 subdirektorat yang ada di BPS. Sedangkan 18 subdirektorat sisanya tidak berhasil didapatkan datanya karena responden yang sulit ditemui. Secara umum, responden yang sulit ditemui biasanya sedang dinas ke luar kota atau ke daerah. Responden diputuskan sebagai responden yang sulit ditemui setelah dilakukan minimal dua kali revisit. Namun data untuk kebutuhan aplikasi sudah dapat terpenuhi. Sebab, bila diestimasi dengan stratifikasi, seluruh kategori subdirektorat sudah didapatkan datanya. Sehingga untuk informasi kebutuhan aplikasi sudah dapat mencerminkan kebutuhan seluruh direktorat kerja. Sedangkan infromasi permasalahan, komposisi perangkat keras, dan tingkat pengetahuan serta tingkat persetujuan hanya dapat menggambarkan keadaan dari sampel yang ada.

4.1.1 Permasalahan dengan Penggunaan Windows

Hasil survei menunjukkan bahwa permasalahan yang paling banyak dialami dalam tiga bulan terakhir di BPS adalah serangan virus. Serangan virus ini dialami oleh seluruh subdit yang berhasil didapatkan datanya, yaitu 38 subdit. Sedangkan masalah hang dan lambat hanya dialami oleh 30 dan 31 subdit. Lalu permasalahan tidak boot hanya dialami oleh 13 subdit.

Sedangkan bila dilihat menurut akibat yang ditimbulkan oleh berbagai permasalahan tersebut, maka sebagian besar masih dapat bekerja atau pekerjaan sedikit terganggu. Namun cukup banyak juga (ada 24 subdit dan 7 subdit) yang memerlukan bantuan orang lain atau bahkan PC tidak dapat dipakai sehari atau lebih jika terjadi gangguan.

Selanjutnya, permasalahan tersebut juga dapat dilihat menurut jumlah PC yang mengalami. Berikut ini data jumlah subdit menurut jenis permsalahan dan jumlah PC yang mengalaminya. Dapat dilihat bahwa ada 16 subdit yang jika terkena serangan virus, maka jumlah PC yang mengalami kurang dari seperempat PC yang ada di subdit tersebut. Dan ada 6 subdit yang jika terkena serangan virus, maka yang terkena akibatnya lebih dari 75% dari jumlah PC yang ada di subdit tersebut.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa urgensi untuk migrasi ke GNU/Linux sudah cukup besar. Karena virus dan berbagai permasalahan lainnya akan terus menghntui jika tetap menggunakan sistem operasi Windows. Karena Windows tidak pernah memperbaiki sistemnya dari awal, tapi hanya melakukan tambal-sulam setiap kali rilis versi baru. Bahkan John C. Dvorak eyakini bahwa kode program Windows berupa kode spaghetti tambal-sulam yang tidak seorang pun di Microsoft menguasai keseluruhannya dengan baik. Sehingga tidak heran bila ada data mengatakan virus yang membuat Windows XP crash masih dapat membuat Vista crash. [6]

4.1.2 Analisis Kebutuhan

Menurut hasil survei, kebutuhan aplikasi di BPS adalah dari kategori aplikasi perkantoran (pengolah kata, spreadsheet, presentasi), aplikasi pengolahan database, aplikasi untuk analisis statistik, aplikasi untuk pengembangan software, dan aplikasi pemetaan (GIS, Geographic Information System). Aplikasi perkantoran digunakan di semua subdit yang berhasil diperoleh datanya, yaitu 38 subdit. Sedangkan aplikasi database digunakan di 27 subdit. Ada 35 subdit yang menggunakan aplikasi untuk analiis statistik. Lalu ada 10 subdit yang memerlukan aplikasi untuk pembuatan web. Aplikasi untuk pembuatan software digunakan oleh 10 subdit.

Berikut ini adalah salah satu datanya, yaitu komposisi pengguna berbagai jenis wordprocessor di BPS.

Data di atas menunjukkan bahwa pengguna Word 2003 adalah yang terbanyak, yaitu 23 subdit dan 155 orang dari 23 subdit tersebut. Sayangnya pengguna wordprocessor selain Word 2000 dan OpenOfficeWriter disinyalir menggunakan versi bajakan. Sebab, BPS hanya membeli secara resmi Office 2000. Demikian juga dengan kategori aplikasi lainnya. Sebab, mereka tidak tahu ketika ditanya tentang harga dari lisensi software yang dipakai.

4.1.3 Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan GNU/Linux ternyata masih kurang. Sebagian besar belum pernah melihat atau menggunakan sistem operasi ini. Namun, hanya sedikit (sekitar 2%) yang belum pernah mendengar sama sekali. Sebagian besar (60%) sudah mendengar kabar tentang adanya sistem operasi ini.

Tingkat pengetahuan responden mengenai OpenOffice sudah cukup besar. Sekitar 60% responden sudah menggunakan OpenOffice. Hal ini antara lain disebabkan pengadaan PC di BPS muai tahun 2007 dibundel dengan aplikasi OpenOffice untuk menggantikan MicrosoftOffice. Akan tetapi masih openOffice tersebut masih dijalankan di atas Windows.

4.1.4 Tingkat Persetujuan Responden

Ternyata tingkat persetujuan responden terhadap rencana migrasi ke GNU/Linux cukup tinggi. Sejumlah 42% dari seluruh responden menjawab setuju. Alsan yang dikemukakan antara lain: mengikuti gerakan IGOS, gratis, tahan terhadap serangan virus, agar mandiri, dan ada pula yang menjawab bahwa anggaran dapat dialihkan untuk pembelian perangkat keras dan peningkatan kualitas SDM. Sedangkan yang menjawab beri waktu untuk mempelajari memiliki alasan perlunya adaptasi dengan sistem baru.

Sementara alasan belum familiar dan ingin membandingkan dengan Windows dikemukakan oleh mereka yang menjawab ingin mencoba dulu. Mereka yang menjawab belum tahu menyamapaikan alasan: semua tergatung kebijakan pimpinan BPS. Jawaban tidak setuju disampaikan dengan alasan belum disediakan oleh BPS, kompatibilitas yang masih dipertanyakan, dan format data mitra kerja yang masih berbasis Windows.

4.2 Perancangan Pemaketan Distro

Sesuai dengan hasil survei, sebagian besar perangkat keras yang dipakai di BPS dapat menjalankan sistem yang akan dibangun. Pemaketan distro akan dilakukan dengan mengacu pada salah satu distro GNU/Linux yang sudah mapan. Basis distro yang dipilih adalah Ubuntu 8.04 desktop edition. Pertimbangannya adalah distro ini berbasis pada Debian yang memiliki banyak dukungan paket aplikasi. Ubuntu juga didukung oleh perusahaan Canonical, Ltd dengan baik.

Selain itu, menurut distrowatch.com sejak tahun 2006, Ubuntu merupakan distro yang paling populer dan banyak digunakan. Ubuntu juga memiliki keunggulan dalam kompatibilitas perangkat keras yang biasanya didesain untuk sistem operasi Windows dibandingkan dengan distro lainnya. Ubuntu juga memiliki opsi untuk diinstal di dalam Windows dengan Wubi.

Distro ini akan dipaketkan dalam bentuk LiveDVD sehingga dapat langsung dijalankan dari DVDROM. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengguna baru dalam menggunakannya. Sebab, menurut survei, sebagian besar responden belum pernah melihat dan menggunakan sisem operasi GNU/Linux. Akan tetapi sebagian besar responden sudah mendengar kabar tentang adanya sistem operasi GNU/Linux. Distro ini juga akan dipaketkan dengan desktop KDE yang sudah dikenal keindahan dan kemudahan pemakaiannya. Apalagi ditambah dengan efek desktop tiga dimensi dari Compiz-Fusion.

4.3 Hasil Pemaketan Distro

Distribusi GNU/Linux Dynamix diimplementasikan pada basis distro Ubuntu dengan desktop KDE (Kubuntu). Distro ini sudah dilengkapi dengan berbagai aplikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan sehari-hari di BPS.

Tabel 1. Daftar aplikasi yang sudah dipaketkan dalam distro GNU/Linux Dynamix
No Kategori Yang biasa dipakai sebelumnya Aplikasi pengganti yang disertakan
1 Development Tools Visual Basic 6.0 Gambas2
Visual Studio .NET Monodevelop
Macromedia Dreamweaver NVU (baca: n-view, new view)
Java IDE / NetBeans NetBeans, Eclipse
2 Diagram, Flowchart Visio Kivio, Dia, Umbrello
3 Database Microsoft Access OpenOffice Base, MySQL, PostgreSQL
4 Grafis Photoshop GIMP
Corel Draw Inkscape
Pagemaker Scribus
5 GIS ArcView ArcView for Linux (non-free), Grass, QuantumGIS
Visual Basic + MapObject Mapserver, MapLab, Postgis, Chameleon = WebGIS
6 Office Microsoft Word OpenOfficeWriter, Abiword
Microsoft Excel OpenOfficeCalc, Gnumeric
Microsoft Powerpoint OpenOfficeImpress
Microsoft Access OpenOffice Base
Acrobat Reader Ebook Reader, Evince
7 Statistik SPSS R, Rkward, Gretl
Stata Stata for Linux (non-free)
CSPro Wine + CSPro
EpiData Wine + EpiData

Konsekuensi dari rencana migrasi ini adalah disediakannya manual khusus untuk migrasi, setidaknya untuk memulai tiap aplikasi dan keterangan singkat, dibuat manual yang autorun berbasis web ketika distro dijalankan. Selain itu juga disediakan tabel perbandingan fitur tiap aplikasi: baik fitur yang sama atau sedikit berbeda, fitur yang hanya ada di Linux, dan fitur yang hanya ada di Windows.

Implikasi penggunaan distro hasil penelitian ini adalah:

1) anggaran pembelian software dapat dialihkan untuk pembelian perangkat keras dan peningkatan sumber daya manusia

2) bagi manaejemen, produktivitas dapat menjadi lebih tinggi, sebab waktu produktif yang hilang untuk perbaikan dapat diminimalkan

3) bagi programmer: ada sedikit transisi tools dan development time pada awalnya, namun tidak akan memakan banyak waktu karena tidak jauh berbeda dengan yang biasa digunakan di Windows.

4) bagi end user: sedikit transisi aplikasi yang digunakan sehari-hari

5. KESIMPULAN

Permasalahan yang ada dengan pemakaian Windows sudah diperoleh gambarannya dari hasil survei. Demikian juga denga kebutuhan aplikasi di BPS. Permasalahan dan kebutuhan aplikasi tersebut sudah dapat dijawab dengan pembuatan distro GNU/Linux Dynamix. Distro ini relatif lebih aman dan stabil dibandingkan sistem sebelumya yang menggunakan Windows. Hal ini disebabkan karena penggunaan sistem operasi GNU/Linux. Distro ini juga sudah siap digunakan karena dapat melakukan ekspor/impor data dari aplikasi berbasis Windows yang biasa digunakan sebelumnya. Selain itu distro ini dapat dijalankan langsung dari DVD tanpa instalasi, namun instalasi dapat dilakukan setelahnya.

6. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini dibatasi pada direktorat kerja yang ada di BPS. Belum mencakup biro-biro yang ada di BPS seperti Biro kepegawaian dan Biro Keuangan. Aplikasi yang sudah terlanjur dibuat berbasis Windows belum dapat diuji apakah bisa dijalankan dengan emulator di Linux. Penelitian selanjutnya dapat diperluas pada seluruh bagian di BPS dan menguji aplikasi yang sudah dibuat berbasis Windows.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Tanenbaum, Andrew S.(2001). Modern Operating System: Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

[2] Sofyan, Ahmad. (2006). Membuat Distro Linux Sendiri. Jakarta: Dian Rakyat.

[3] Deklarasi IGOS, Situs Resmi Indonesia Go Open Source, http://www.igos.web.id/web/guest/document/, diakses 7 Mei 2008.

[4] Situs Forum Ubuntu, http://ubuntuforums.org/capink.html, diakses 4 Juni 2008.

[5] Panduan Penelitian OSS, Situs Resmi Indonesia Go Open Source, http://www.igos.web.id/web/guest/document/, diakses 7 Mei 2008.

[6] Dvorak, John C. “Spagheti Tanpa Saus”. PC Magazine. Oktober 2004.